KESADARAN MEREK DAN IMAGE MAHASISWA FEUNP TENTANG PRODUK MINUMAN RINGAN (SOFT DRINK)
Oleh
Abror
Abstract
The aims of this research are to determine the level of brand awareness of soft drink product and to determine some images of soft drink in consumer mind. The object of this research is student of economic faculty of Padang state University. This research uses 150 students as respondent. By using descriptive and Cochran Q test statistic, we found Coca Cola is a leader in Top of Mind but Teh Botol Sosro is the most wanted product by consumer. Cochran Q test was use for determine some images of the product. Coca Cola have some positions in consumer mind as halal product, easy to find, and have a good price. Teh Botol Sosro have some images as safety product, halal and easy to find. Images of Fresh Tea in consumer mind are safety product, halal, could be consume any time, have a good price and hygienist. The last one, Fruit Tea, have images as safety product, halal, hygienist, can be consumed any time, cheap and have a good price.
Kata Kunci: Kesadaran Merek, Minuman Ringan, citra merek, ekuitas
merek
1. Pendahuluan
Suatu Produk akan dibeli oleh konsumen apabila merek tersebut masuk dalam ingatannya, oleh karena itu seorang pemasar harus bisa memasukan merek yang mereka jual ke dalam ingatan konsumen. Konsumen membeli suatu merek disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah image konsumen terhadap produk/merek tersebut. Selain bagaimana memasuki benak konsumen pemasar juga harus memikirkan bagaimana memunculkan asosiasi/image tertentu terhadap produk/merek yang ditawarkan, sehingga mendorong konsumen melakukan pilihan pada produk yang ditawarkan.
Membangun kesadaran konsumen terhadap produk/merek yang ditawarkan suatu perusahaan bukanlah pekerjaan yang mudah, ini membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Apabila merek tersebut sudah lengket di kepala konsumen, perusahaan memiliki peluang besar untuk memperoleh keuntungan, karena ketika konsumen butuh kategori produk tersebut, maka mereka akan mencari produk/merek yang dijual perusahaan.
Kesadaran konsumen terhadap suatu merek (brand awareness) merupakan kemampuan konsumen untuk mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Kesadaran terhadap suatu merek memiliki 4 tahapan yaitu; pertama adalah Top of Mind yang menggambarkan merek yang paling diingat dari satu kategori produk, kedua adalah Brand Recall yang menggambarkan merek-merek lain yang diingat oleh konsumen setelah Top of Mind, ketiga adalah Brand Recognition yang menggambarkan kemampuan konsumen mengingat suatu merek setelah diberi bantuan, dan yang terakhir adalah Brand Unaware yang menggambarkan bahwa konsumen tidak tahu sama sekali dengan merek yang diuji meskipun sudah diberikan bantuan.
Image konsumen terhadap suatu merek akan dibentuk oleh serangkaian asosiasi yang ada dibenak konsumen, image tersebut bisa berasal dari berbagai faktor seperti, atribut produk, manfaat bagi konsumen, harga, pengguna, gaya hidup, pesaing dan daerah geografi. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rio, Vazquez dan Iglesias (2001) menemukan bahwa asosiasi/image konsumen terhadap fungsi/ kegunaan yang diterima dari suatu produk/merek akan mempengaruhi respon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut.
Minuman ringan merupakan salah satu bisnis yang cukup atraktif dengan laba yang menjanjikan. Pada kategori minuman ringan ini cukup banyak pemain yang bersaing secara ketat, secara umum dalam kategori ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yaitu minuman ringan dengan karbonasi yang diantaranya adalah Coca Cola, Pepsi Cola, Fanta dan Sprite. Minuman ringan tanpa karbonasi diantaranya adalah Teh Botol Sosro, Tekita, FreshTea dan Fruit Tea.
Setiap pemain yang ada berusaha untuk masuk ke benak konsumen dan ingin jadi pilihan ketika konsumen membutuhkan minuman ringan. Oleh karena itu setiap perusahaan harus mengetahui kesadaran konsumen terhadap merek yang ditawarkan serta mengetahui image yang muncul di pikiran konsumen tentang mereknya.
Mahasiswa adalah bagian dari konsumen yang banyak mengkonsumsi minuman ringan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Coca Cola Company. Coca Cola menyatakan bahwa target market mereka adalah konsumen dengan usia 16- 25 tahun, meskipun kenyataannya tingkat umur yang lain juga ikut mengkonsumsinya.
Berdasarkan informasi dari Coca Cola mereka telah menguasai pasar soft drink lebih dari 40% yang kemudian diikuti oleh Teh Botol Sosro, namun untuk minuman non karbonasi ternyata Teh Botol Sosro menguasai hampir 85% pasar di Indonesia. Teh Botol Sosro berdasarkan survey ICSI 2005 menjadi teh siap minum yang paling memuaskan konsumen di tahun 2005.
Inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini, agar bisa mengetahui tingkat kesadaran merek dan image mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi UNP terhadap produk minuman ringan. Hasil dari penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran merek dan image konsumen yang nantinya akan berdampak terhadap pangsa pasar dari masing-masing merek. Karena keterbatasan peneliti, maka penelitian ini difokuskan pada mahasiswa FE UNP dan untuk image, penelitian ini di fokuskan pada 4 merek minuman ringan yaitu Coca Cola, Teh Botol Sosro, Fresh Tea dan Fruit Tea.
Berdasarkan paparan diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini:pertama, bagaimanakah tingkat kesadaran Mahasiswa FE UNP terhadap produk minuman ringan yang ada. Kesadaran konsumen disini diukur berdasarkan merek yang paling diingat konsumen (Top of Mind), merek lain yang masih diingat (Brand Recall), merek yang diingat dengan memberikan bantuan (Brand Recognition) dan merek yang tidak diingat sama sekali (Brand Unaware). Kedua adalah Image apakah yang muncul di pikiran mahasiswa FE UNP tentang produk minuman ringan Coca Cola, The Botol Sosro, Fresh Tea dan Fruit Tea berdasarkan atribut produk, manfaat yang diberikan serta harga yang ditawarkan
Persaingan yang terjadi sekarang ini semakin mengarah pada sistem ekonomi yang berdasarkan mekanisme pasar yang memposisikan pasar untuk selalu mengembangkan dan merebut market share yang tersedia, salah satu aset untuk mecapai itu adalah dengan merek/brand. Merek menurut Durianto dkk (2001;1) adalah:
“Nama, istilah, simbol disain, ataupun kombinasi yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Merek merupakan ciri yang berfungsi untuk membedakan produk dengan yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trade mark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dipengaruh tersendiri dipasar bila diatur dengan tepat”.
Merek ini memiliki enam tingkatan pengertian yang menyatakan bahwa merek tidak hanya sekedar simbol, enam tingkatan itu adalah:atribut,manfaat, nilai, budaya, kepribadian dan pemakai.. Merek juga dapat menyatakan sesuatu tentang nilai yang dijamin produsen seperti untuk keamanan dan gengsi, mewakili budaya tertentu, mencerminkan kepribadian tertentu bagi seorang pelanggan. Merek dapat menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut..
Keterangan diatas menjelaskan jika suatu perusahaan hanya memperlakukan merek sebagai nama, maka perusahaan tidak melihat tujuan sebenarnya dari merek tersebut. Merek dapat memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Merek bisa menciptakan ikatan emosional antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk .
Menurut Durianto dkk (2001), faktor-faktor yang menyebabkan merek sangat penting adalah :
1. Emosi konsumen terkadang yang turun naik, merek mampu untuk membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar, bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya, contohnya adalah Coca Cola yang berhasil menjadi “brand global “ diterima dimana saja dan kapan saja diseluruh dunia.
3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen, semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak brand asociation yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan menciptakan brand image.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen, merek yang kuat sanggup merubah perilaku konsumen,
5. Merek mudah memproses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen, dengan adanya merek konsumen dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk yang lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, atau apapun atribut lain yang melekat pada merek tersebut.
6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan, hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa Coca Cola yang memiliki “stock market value” (SMV) yang terbesar, ternyata 97% dari SMV tersebut merupakan nilai merek”.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa merek mempunyai peranan penting dan merupakan aset yang sangat penting bagi perusahaan, apalagi dengan kondisi pasar seperti sakarang ini yang kompetitif. Perusahaan sangat membutuhkan preferensi dan persepsi yang tinggi dari konsumennya, ini merupakan kunci suskses perusahaan. Pemasaran pada saat sekarang sangat terkait dengan pertempuran persepsi, kualitas, model dll. Kualitas dan model yang sama bisa saja memiliki kinerja yang berbeda di pasaran akibat perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.
.Brand equity merupakan aset yang sangat penting bagi perusahaan, karena dengan kuatnya Brand equity maka perusahaan lebih mudah untuk mengingatkan konsumen kepada produk/jasa yang dihasilkan perusahaan.
Brand equity menurut Durianto dkk (2001:4) adalah :
“Seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan”.
Pengeritan di atas memperlihatkan bahwa brand equity ini merupakan seluruh dari aset perusahaan yang berkaitan dengan merek, nama, dan simbol yang menyangkut perusahaan sehingga mendatangkan suatu ciri khas pada perusahaan yang bisa dikenali dan diingat oleh konsumen.
Produk dengan brand equity yang kuat dinilai akan mampu bersaing, merebut, dan menguasai pasar. Menurut Rangkuti (2002;5) cara yang tepat untuk membangun brand yang kuat itu adalah dengan memiliki positioning yang tepat, memiliki brand value yang tepat serta memiliki konsep yang tepat
Brand equity merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri bagi pelanggan, dengan aset yang ada di dalamnya dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk/jasa yang dihasilkan. Disamping memberikan nilai bagi pelanggan, brand equity juga memberikan nilai bagi perusahaan. Nilai yang dapat diberikan merek bagi perusahaan menurut Durianto dkk (2001;7) adalah:
1. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif jika merek dikenal, brand equity yang kuat dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.
2. Empat dimensi brand equity dapat mempengaruhi alasan pembelian konsumen.
3. Brand loyalty yang diperkuat merupakan hal penting dalam merespon inovasi yang dilakukan para pesaing.
4. Brand association sangat penting sebagai dasar strategi positioning maupun strategi perluasan produk.
5. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dangan melakukan promosi yang besar dan butuh biaya besar, brand equity yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh laba yang tinggi dengan menerapkan premium price dan mengurangi ketergantugan pada promosi.
6. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis baru.
7. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu menciptakan loyalitas yang kuat, baik itu saluran distribusi maupun konsumen.
8. Aset-aset brand equity lainya dapat memberikan keuntungkan kompetitif bagi perusaaan dengan celah-celah yang tidak dimiliki pesaing”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bawa brand equity menempati posisi yang demikian penting bagi tercapainya tujuan perusahaan, dengan demikian perusahaan yang ingin tetap bertahan dan melangkah untuk lebih maju dalam memenangkan persaingan dalam dunia usaha.
Selain itu menurut Kotler (2003) ekuitas merek yang tinggi akan memberikan keuntungan kompetitif yaitu :
1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.
2. Perusahaan yang mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan merek mempunyai merek tersebut.
3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi.
4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi.
5. Merek itu memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang ganas”.
Dalam brand equity terdapat beberapa elemen yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Menurut AAker dalam Durianto dkk (2001;4) brand equity dapat dikelompokkan menjadi 5 elemen, yaitu :
1. Brand awareness (kesadaran merek), merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau menginggat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
2. Brand association (aosiasi merek), merupakan pencitraan suatu merek tehadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, Pesaing, selebritis, dll.
3. Perceived quality (persepsi kualitas), merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
4. Brand loyalty (loyalitas merek), merupakan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.
5. Other property of brand assets (aset-aset merek lainnya)”.
Konsep elemen brand equity menurut AAker dalam Durianto dkk (2001;5) memperlihatkan bagaimana kemampuan brand equity dalam menciptakan nilai bagi perusahaan/pelanggan.
Pengenalan dan pengingatan merek kepada masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, karena dengan hal ini akan menentukan langkah perusahaan selanjutnya dalam menetapkan strategi pasar. Pengertian brand awareness menurut Rangkuti (2002;243) adalah kemampuan seorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata kunci. Brand awareness mampu membentuk jangkauan secara dalam terhadap perasaan konsumen meskipun tidak pasti kenal dengan produk/jasa tertentu, sehingga konsumen yakin bahwa produk/jasa tersebut merupakan satu-satunya merek dalam kelompok produk tersebut
Menurut Kertajaya (2002;447) top of mind adalah brand yang ada di peringkat atas di benak konsumen secara umum. Top of mind sangat sulit untuk didapatkan dan akan sangat sulit untuk mengubah persepsi konsumen terhadap suatu produk/jasa, sehingga top of mind ini sangat perlu, penting dan harus dipertahankan. Menurut Kertajaya (2002;447) cara mempertahankan top of mind ini adalah dengan : “Iklan, promosi penjualan dan peluncuran produk baru”.
Brand recall menurut Kertajaya (2002;447) adalah perpindahan/switching konsumen ke merek lain yang diingat di daftar merek yang ada. Brand recall ini oleh Kertajaya (2002;448) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Un aided recall, yaitu brand yang lama diingat konsumen walaupun brand tersebut sudah diungkapkan.
2. Aided recall, yaitu brand yang cepat diingat konsumen setelah brand tersebut sudah diungkapkan”
Brand recognition menurut Kertajaya (2002;447) dapat dibagi dua yaitu:
1. Recognition, merupakan brand yang diingat konsumen jika sudah disebutkan nama brandnya.
2. Un recognition, merupakan brand yang sama sekali tidak diingat, dan jika diingat konsumen tapi dengan kategori produk yang
Pada umumnya asosiasi merek menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas pada merek. Banyak asosiasi yang mungkin dapat memberi nilai pada suatu merek. Image atau asosiasi yang muncul bisa berasal dari: atribut produk atau karakteristik dari suatu produk yang bisa berupa atribut yang dapat dilihat atau hanya dapat dirasakan seperti persepsi kualitas, manfaat produk bagi pelanggan yang terdiri dari manfaat rational maupun manfaat psikologis. Harga juga merupakan salah satu faktor pembentuk image, faktor lain adalah kegunaan tertentu, siapa pengguna, bintang iklan yang digunakan, gaya hidup, kelas produk, pesaing produk, dan negara/ wilayah geografis asal produk.
Menurut Keller (1998; 93-100) asosiasi terhadap merek bisa berasal dari atribut produk, manfaat dan sikap. Atribut produk terdiri dari atribut yang berhubungan erat dengan produk seperti kemasan, fitur-fitur tambahan, bahan dasar dan lainnya, sedangkan atribut kedua adalah atribut yang tidak berhubungan erat dengan produk seperti harga, user imagery (pengguna), usage imagery (situasi penggunaan), pengalaman dan kepribadian merek. Manfaat produk bisa berasal dari manfaat yang bersifat fungsional, manfaat simbolik dan manfaat berdasarkan pengalaman, terakhir adalah sikap konsumen terhadap merek.
Penelitian yang relevan dengan permasalahan ini pernah dilakukan sebelumnya. Rio , Vazquez dan Iglesias (2001) menemukan bahwa asosiasi/image konsumen terhadap fungsi/ kegunaan yang diterima dari suatu produk/merek akan mempengaruhi respon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut. Semakin bagus asosiasi/image konsumen maka akan semakin tinggi responnya untuk mengkonsumsi merek tersebut. Ataman (2003) juga menemukan ada tiga faktor pembentuk image yaitu self image, taste (selera) dan product image (image terhadap produk). Image yang terbentuk akan mempengaruhi tingkat penjualan produk secara signifikan. Penelitian ini dilakukan untuk produk minuman ringan yang termasuk kedalam produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan-perusahaan penghasil minuman ringan agar mengetahui posisi mereka di pasar. Penelitian ini menjadi dasar bagi pengusaha untuk membuat kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong kesadaran konsumen khususnya mahasiswa FE UNP terhadap produknya masing-masing dan sekaligus dapat mengetahui image atau asosiasi yang muncul di benak konsumen tentang produk yang dihasilkan. Apabila image yang muncul berbeda atau belum mencapai titik yang direncanakan, perusahaan dapat mengambil kebijakan lebih lanjut agar bisa memunculkan image yang tepat tentang produknya di pikiran konsumen.
Selain bagi perusahaan penelitian ini juga berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pemasaran, karena dengan adanya penelitian ini akan terlihat komponen-komponen apa saja yang bisa membentuk image konsumen terhadap suatu produk.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan fenomena yang akan diteliti dengan menggunakan jawaban responden. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat cross sectional yang diambil dengan melakukan survey pada waktu tertentu. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang menunjukkan dimensi tingkat kesadaran merek yaitu:
1. Top of Mind yang merupakan merek minuman ringan yang paling diingat oleh konsumen pertama kali.
2. Brand Recall yaitu merek-merek lain yang masih diingat oleh konsumen setelah top of mind.
3. Brand Recognition yaitu merek-merek minuman ringan lain yang bisa diingat oleh konsumen setelah diberikan beberapa bantuan.
4. Brand Unaware yaitu merek-merek yang sama sekali tidak diingat konsumen meskipun sudah diberikan bantuan
Dimensi atau variabel berikutnya adalah image konsumen terhadap Coca Cola, Teh Botol Sosro, Fresh Tea dan Fruit Tea yang dilihat berdasarkan :
1. Atribut produk yang ditandai dengan penilaian konsumen terhadap bentuk kemasan produk, warna kemasan produk, logo merek, dan ukuran Botol.
2. Manfaat produk yang ditandai dengan image mampu menghilangkan haus, menyegarkan tubuh, memberikan kesan fresh, aman untuk dikonsumsi, halal, kesukaan anak muda, produk higienis, mencerminkan konsumen yang pintar, tersedia dan mudah didapat, rasa yang segar, persepsi terhadap kualitas dan dapat diminum kapan saja.
3. Harga produk ditandai dengan harga relatif murah, harga sebanding dengan kualitas, harga terjangkau, dan harga yang mahal
Data dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kuantitatif, data tersebut merupakan data primer yang dikumpulkan melalui survey langsung kepada responden dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam bentuk lembar kusioner. Pertanyaan yang diajukan dalam daftar pertanyaan akan dijawab oleh responden dengan jawaban menggunakan nama merek untuk pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat kesadaran merek. Untuk asosiasi diukur dengan jawaban dikotomi ya/ tidak.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FE UNP yang terdaftar pada semester Januari-Juni 2005 sebanyak 1694 orang yang terdiri dari program studi akuntansi sebanyak 299 orang, program studi pendidikan ekonomi sebanyak 674 orang, program studi manajemen sebanyak 413 orang serta program studi ekonomi pembangunan sebanyak 308 orang. Total jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 150 orang responden. Pengambilan sampel ini diambil berdasarkan ketentuan yang dikemukakan oleh Hair (1998) jumlah sampel adalah minimal 5-20 kali banyaknya variabel.
Dalam penelitian ini terdapat 4 dimensi penentu kesadaran merek, dan 20 penentu image, sehingga jumlah sampel minimal adalah 120 orang responden. Penelitian ini telah mengambil sampel berada diatas batas minimal yang diperbolehkan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara proporsional untuk empat program studi yang ada. Program studi pendidikan ekonomi yang memiliki mahasiswa terbanyak mendapat porsi terbesar yaitu 56 orang, manajemen sebanyak 39 orang, Akuntasi 28 orang dan Prodi EP sebanyak 27 orang.
Analisis untuk kesadaran merek dilakukan dengan statistik deskriptif yang berfungsi untuk menggambarkan persentase responden yang menjawab setiap item pertanyaan serta melakukan penilaian berdasarkan jawaban tersebut. Analisis tentang image yang mempergunakan jawaban ya dan tidak di uji dengan teknik analisis uji Cohran’s Q test yaitu :
Q = C(C-1)∑Cj2- (C-1)N2
CN - ∑Rj2
Dimana:
C = Banyak variabel (asosiasi)
Rj = Jumlah baris jawaban “ya”
Cj = Jumlah kolom jawaban “ya”
N = Total Besar
Sumber Durianto dkk (2001)
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program statistik SPSS 11.
Temuan dan Pembahasan
Temuan
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FE UNP yang di ambil secara proporsional yang berasal dari 4 program studi yang ada yaitu Ekonomi Pembangunan,Akuntansi, Manajemen dan Pendidikan Ekonomi. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan jumlah mahasiswa yang terdaftar pada semester Januari –Juni 2005 yaitu sebanyak 150 orang dimana 28 orang mahasiswa prodi Akuntansi, 56 Orang prodi Pendidikan Ekonomi, 39 orang prodi Manajemen dan 27 Orang dari prodi Ekonomi Pembangunan.
Berdasarkan jenis kelamin, responden penelitian ini terdiri dari 43 orang laki-laki dan 107 orang perempuan Berdasarkan Indeks Prestasi dari responden terlihat bahwa responden rata-rata memiliki IP antara 2,60 sampai dengan 3,50 dimana 46% memiliki IP antara 2,60 sampai dengan 3,00 dan 28% antara 3,10 sampai dengan 3,50. Berdasarkan frekuensi meminum minuman ringan ternyata 60% responden rata-rata minum minuman ringan 0-3 kali seminggu, 31,3% responden minum 4-6 kali dan 8,7% minum 7 kali atau lebih perminggu .
Berdasarkan pertanyaan tentang merek minuman ringan yang paling di ingat oleh responden untuk pertama kali ditemukan bahwa Coca Cola merupakan merek yang paling untuk pertama kali oleh mahasiswa FE UNP diingat yaitu sebanyak 34,7%. Posisi ke dua di tempati oleh Fanta dengan persentase sebesar 24,7%, selanjutnya adalah Teh Botol Sosro (15,3%) , Sprite 10%, Fresh Tea 4,7% dan Fruit Tea sebesar 4%. Merek-merek lain seperti Pepsi hanya mendapat porsi yang relatif kecil.
Tabel 1Top of Mind/ Merek Minuman Ringan yang pertama kali diingat
Merek | Frekuensi | Persentase | |
| Coca cola | 52 | 34.7 |
| Fanta | 37 | 24.7 |
| Fresh tea | 7 | 4.7 |
| Fruit tea | 6 | 4.0 |
| Sprite | 15 | 10.0 |
| Teh botol Sosro | 23 | 15.3 |
| Merek lain | 10 | 6.6 |
| Total | 150 | 100.0 |
Berdasarkan pertanyaan tentang pengenalan responden terhadap merek Coca Cola ternyata 98,7% telah mengenal sebelumnya artinya 34,7 % mengingat untuk pertama kali ( top of mind ) dan berarti 64% responden mengingat Coca Cola setelah mengingat merek lain pertama kali (brand recall). Hanya 1,3% dari responden yang mengingat Coca Cola setelah diberi bantuan (brand recognition) dan tidak ada responden yang tidak mengenal Coca Cola (brand unaware).
Mahasiswa FE UNP 91,3% dapat mengingat Teh Botol Sosro dimana 15,3% mengingat untuk pertama kali dan 76% mengingat setelah merek yang pertama kali diingat. Hanya 8,7% yang mengingat Teh Botol Sosro setelah diberikan bantuan. Minuman ringan ke tiga yang diteliti adalah Fresh Tea, ternyata 83,3 % dari responden mengingat Fresh Tea dengan kriteria 4,7% mengingat untuk pertama kali dan 78,6% mengingat Fresh Tea setelah mengingat merek lain untuk pertama kali. 16,7% responden mengingat Fresh Tea setelah diberikan bantuan dan tidak ada responden yang tidak mengenal Fresh Tea sama sekali.
Minuman ringan yang terakhir adalah Fruit Tea, penilaian responden terhadap Fruit Tea memperlihatkan 79,3 % responden mengenal Fruit Tea dengan kriteria 4% mengingat untuk pertama kali dan 75,3% mengingatnya setelah mengingat merek lain. 20 % responden baru bisa mengingat Fruit Tea setelah diberikan bantuan dan 0,7 % dari responden tidak mengenal Fruit Tea sama Sekali. Berdasarkan minuman ringan yang dikonsumsi saat ini terlihat dalam Tabel 2
Tabel 2. Minuman Ringan Yang Konsumsi Saat Ini.
Sebutkan minuman ringan yang paling sering anda konsumsi saat ini | Frekuensi | Persentase | |
| Coca cola | 19 | 12.7 |
| Fanta | 32 | 21.3 |
| Fresh tea | 11 | 7.3 |
| Fruit tea | 10 | 6.7 |
| Sprite | 14 | 9.3 |
| Teh botol Sosro | 51 | 34.0 |
| Merek lain | 13 | 8.6 |
| Total | 150 | 100.0 |
Dari Tabel 2 terlihat bahwa responden lebih memilih Teh Botol Sosro sebagai minuman ringan yang dikonsumsi saat ini. yaitu sebanyak 34%, peringkat kedua ditempati oleh fanta. Coca Cola sebagai minuman ringan yang paling diingat konsumen pertama kali hanya menempati tempat ke tiga.
Tabel 3. Tingkat Kesadaran Konsumen Terhadap Minuman Ringan
Merek | Top Of Mind % | Brand Recall % | Brand Recognition % | Brand Un Aware % | Total % |
Coca Cola | 34,7 | 64,0 | 1,3 | 0 | 100 |
Teh Botol sosro | 15,3 | 76,0 | 8,7 | 0 | 100 |
Fresh Tea | 4,7 | 78,6 | 16,7 | 0 | 100 |
Fruit Tea | 4,0 | 75,3 | 20,0 | 0,7 | 100 |
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah untuk menilai image responden terhadap Coca Cola, uji ini dilakukan dengan menggunakan teknik Cochran Q test berbasis pada program SPSS. Pada tahap awal analisis, responden diminta untuk memberikan asosiasi-asosiasi yang tepat terhadap Coca Cola. Pada tahap pertama terdapat 20 atribut yang dimasukan ke dalam analisis .
Berdasarkan hasil analisis ternyata ditemukan angka signifikansi 0.000 atau signifikan yang artinya terdapat atribut yang tidak layak dimasukan sebagai image Coca Cola. Analisis harus diulang dengan mengeluarkan atribut yang memberikan jawaban “ya” atau “0” yang terkecil. Analisis ini dilanjutkan dengan cara yang sama sampai dengan ditemukannya angka signifikansi yang lebih besar dari 0,05 ditambah dengan satu atribut yang dikeluarkan sebelumnya.
Image responden terhadap Coca Cola berdasarkan analisis terakhir adalah, Coca Cola dicitrakan sebagai produk halal, Coca Cola mudah didapat dan tersedia dimana saja, serta harga Coca Cola yang terjangkau. Tes statistik dengan menggunakan Cochran Q memperlihatkan bahwa ke 5 atribut dinilai responden sebagai image dari Coca Cola dengan nilai signifikansi 0,317.
Image responden terhadap Teh Botol Sosro terlihat dari 20 asosiasi yang diperkirakan dimiliki oleh Teh Botol Sosro ternyata hanya ada 4 atribut yang dinilai menunjukan image Teh Botol Sosro. Teh Botol Sosro dicitrakan oleh responden sebagai minuman yang aman dikonsumsi, merupakan produk halal, dan dapat diminum kapan saja. Angka signikansinya didapatkan sebesar 1,000, artinya ketiga asosiasi tersebut dianggap sebagai TehBotol Sosro.
Selanjutnya, image responden terhadap Fresh Tea, responden menilai dari 20 asosiasi yang diuji ternyata terdapat 5 asosiasi yang layak menjadi image Fresh Tea dimata Mahasiswa FE UNP. Asosiasi tersebut adalah Fresh Tea aman untuk dikonsumsi, merupakan produk halal, dapat diminum kapan saja, harga yang terjangkau serta merupakan produk yang higienis. Berdasarkan tes statistik Cochran Q ditemukan hasil signifikansi sebesar 0,102 atau lebih besar dari 0,05
Temuan terakhir adalah Image responden terhadap Fruit Tea. Dari 20 atribut yang diperkirakan berasosiasi dengan Fruit Tea, ternyata ada 6 asosiasi yang melekat kuat dengan Fruit Tea yaitu aman dikonsumsi, merupakan produk halal, merupakan produk yang higienis, dapat diminum kapan saja, harga relatif murah, serta harga yang terjangkau. Berdasarkan tes statistik Cochran Q sampai dengan analisis terakhir dengan enam atribut tersebut angka signifikansinya adalah 0,190.
Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan, ternyata merek yang paling diingat pertama kali oleh responden atau memiliki tingkat Top of Mind yang tertinggi adalah Coca Cola dan diikuti oleh Fanta, TehBotol Sosro dan Sprite. Merek lain seperti Fresh Tea, Fruit Tea mengikuti berikutnya. Berdasarkan temuan tersebut terlihat bahwa Coca Cola telah berhasil membangun kesadaran di pikiran mahasiswa FE UNP. Kondisi tersebut bisa membuat produk ini menjadi yang pertama kali dicari oleh mahasiswa FE UNP ketika mereka membutuhkan minuman ringan.
Coca Cola memang yang paling banyak diingat untuk pertama kali oleh mahasiswa FE UNP, tetapi bukan berarti Coca Cola tidak bisa dikalahkan oleh merek lain. Coca Cola harus mampu membangun komunikasi yang kuat agar tetap diingat oleh konsumen. Hal ini dibuktikan dengan minuman ringan yang paling banyak diminum saat ini adalah TehBotol Sosro dan mampu mengalahkan Coca Cola.
Coca Cola harus membangun komunikasi dengan menggunakan berbagai sarana seperti yang disarankan Kertajaya (2002) yaitu dengan menggunakan iklan, promosi penjualan atau dengan peluncuran produk baru. Top of Mind sebagai bagian tertinggi dalam brand awareness tersebut sesuai dengan pendapat Durianto dkk (2001) akan mampu membentuk jangkauan secara dalam terhadap prasaan konsumen.
Teh Botol Sosro sebagai peringkat ke tiga dalam top of mind masih mungkin untuk bisa mengalahkan Coca Cola dengan jalan membangun kesadaran dan kedekatan dengan konsumen. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Teh Botol Sosro saat ini merupakan salah satu cara yang bisa meningkatkan persentase Top of Mind sekaligus sebagai upaya untuk menjadi yang paling banyak dikonsumsi. Teh Botol Sosro harus mampu menciptakan bentuk komunikasi yang menarik dan sesuai dengan pasar sasaran yang dituju.
Bagi Fresh Tea dan Fruit Tea diperlukan upaya lebih keras agar mampu membuat mahasiswa sadar akan keberadaan produk. Produk-produk ini termasuk baru, oleh karena itu wajar saja belum begitu dikenal oleh mahasiswa sebagai konsumen. Merek ini harus bisa masuk ke dalam pikiran konsumen, oleh karena itu dibutuhkan komunikasi pemasaran yang tepat sesuai dengan pasar sasaran yang dituju. Hal ini sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Kertajaya (2002) bahwa untuk merubah persepsi konsumen merupakan sebuah pekerjaan yang sulit dan memakan waktu.
Temuan tentang brand recall, brand recognition dan Brand unaware memperlihatkan bahwa seluruh responden telah mengenal merek Coca Cola meskipun masih ada responden yang harus diingatkan terlebih dahulu tentang Coca Cola. Sebagian besar responden mengingat Coca Cola setelah menyebutkan merek yang paling diingat. Artinya Coca Cola memiliki tingkat kesadaran yang tinggi di mata konsumen. Coca Cola harus mampu mempertahankan hal tersebut agar ketika konsumen membutuhkan minuman ringan, akan mencari Coca Cola sebagai solusinya. Tingkat kesadaran ini bisa saja berkurang apabila Coca Cola tidak mampu menjaga dan mengkomunikasikan mereknya secara baik kepada konsumen.
Teh Botol Sosro berada diurutan ke tiga, dan sebagian kecil responden masih perlu bantuan untuk bisa mengingatnya kembali. Seperti Coca Cola, Teh botol Sosro di kenal oleh semua responden. Untuk bisa mengalahkan Coca Cola, Teh Botol Sosro harus mampu menciptakan komunikasi yang tepat agar merubah konsumen yang saat ini sudah melakukan recall berubah menjadi top of mind. Semua hal ini diharapkan akan diikuti dengan tindakan pembelian oleh mahasiswa FE UNP..
Fresh Tea dan Fruit Tea secara berurutan, dinilai cukup dikenal oleh konsumen. Meskipun masih ada responden yang tidak tahu dengan Fruit Tea, namun persentasenya cukup kecil. Berdasarkan Brand Recall dan Recognition ternyata ke dua merek cukup dikenal oleh responden, walaupun belum berada pada posisi top of mind.
Fresh Tea sebagai pemain terbaru terlihat memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi top of mind yang dibuktikan dengan jumlah top of mind yang lebih besar dari Fruit Tea sebagai saingannya. Salah satu penyebab Fresh Tea cukup dikenal diduga adalah karena promosi yang cukup gencar dibandingkan dengan Fruit Tea. Fruit Tea ke depan juga bisa memiliki peluang yang besar untuk menjadi top of mind apabila mau melakukan komunikasi yang gencar dengan menggunakan sarana dan teknik yang sesuai dengan pasar sasarannya. Fresh Tea dan Fruit Tea dinilai mampu untuk membangun brand yang kuat di masa datang. Agar ini bisa terwujud menurut Rangkuti (2002), Fresh Tea dan Fruit Tea harus memiliki positioning, brand value serta konsep yang tepat.
Secara keseluruhan terlihat bahwa Coca Cola merupakan merek yang paling sering diingat untuk pertama kali oleh mahasiswa FE UNP, urutan berikut terdapat Fanta, Teh Botol Sosro, Fresh Tea dan Fruit Tea . Brand Awareness sebagai elemen dari brand equity diharapkan akan mampu memberikan nilai kepada pelanggan seperti penciptaan kepuasan pelanggan serta mampu memberikan nilai kepada perusahaan dengan memunculkan loyalitas konsumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Aaker dalam Durianto dkk (2001).
Analisis ke dua yang dilakukan adalah analisis tentang image konsumen terhadap Coca Cola, Teh Botol Sosro, Fresh Tea dan Fruit Tea.
Tabel 4 Brand Image Minuman Ringan
No | Merek | Brand Image |
1 | Coca Cola | Merupakan Produk Halal Mudah didapat dan Tersedia dimana saja Harga Terjangkau |
2 | Teh Botol Sosro | Aman untuk dikonsumsi. Merupakan Produk Halal Mudah didapat dan Tersedia dimana saja |
3 | Fresh Tea | Aman untuk dikonsumsi Merupakan produk halal Dapat diminum kapan saja Harga terjangkau Merupakan produk yang higienis |
4 | Fruit Tea | Aman untuk dikonsumsi Merupakan produk halal Merupakan produk yang higienis Dapat diminum kapan saja Harga relatif murah Harga yang terjangkau. |
Coca Cola memiliki image sebagai produk halal, mudah didapat dan tersedia dimana saja, serta memiliki harga yang terjangkau. Hal ini menunjukan bahwa image yang terbentuk didasarkan pada manfaat dan harga produk. Image yang diberikan mahasiswa FE UNP telah sesuai dengan pencitraan yang diinginkan oleh Coca Cola yaitu menjadi minuman halal, dan dapat dikonsumsi pada berbagai kesempatan.
Coca Cola pada saat ini juga memposisikan dirinya berdasarkan harga karena Coca Cola ingin masuk pada kalangan menengah bawah serta ingin meningkatkan tingkat penggunaannya. Coca Cola saat ini mengusung positioning sebagai”Makan lebih nendang dengan Coca Cola” serta mendekatkan diri dengan warung tradisional (Mujahidin, 2005). Coca Cola agar tetap menjadi merek paling diingat oleh konsumen dan dicitrakan seperti yang diinginkan perusahaan, perlu dilakukan upaya berupa kegiatan promosi untuk mempertahankan citra yang terbentuk dan diiringi dengan mempertahankan kualitas seperti yang dicitrakan konsumen.
Apabila Coca Cola mampu mempertahankan citra dan kesadaran konsumen, maka Coca Cola akan bisa memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif yang diperoleh menurut Kotler (2003) bisa berupa posisi yang lebih kuat dalam bernegosiasi dengan distributor, karena memiliki merek yang sudah dikenal dan punya citrai/image yang baik.
Teh Botol Sosro dinilai oleh mahasiswa FE UNP sebagai minuman yang aman untuk dikonsumsi, halal, mudah didapat dan tersedia dimana saja. Pencitraan inipun sesuai dengan positioning yang ingin dimunculkan oleh Teh Botol Sosro sebagai minuman halal yang dapat diminum pada setiap kesempatan dengan slogan “Makannya boleh apa saja, tapi minumnya tetap Teh Botol Sosro”.
Teh Botol Sosro sebagai merek minuman ringan ketiga yang paling diingat dan sebagai merek yang banyak dikonsumsi mahasiswa FE UNP saat ini, harus melakukan berbagai upaya agar bisa pada saat yang akan datang menjadi merek minuman ringan yang paling diingat oleh konsumen untuk pertama kali dan menjadi merek yang dipilih untuk dikonsumsi.
Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan promosi dan perbaikan distribusi serta mempertahankan kualitas produk dengan memiliki ciri khas tertentu yang tidak dimiliki merek lain. Teh Botol Sosro harus mampu mempertahankan image sebagai minuman yang dapat dimimum kapan saja dan dimana saja. Image yang dimiliki oleh Teh Botol Sosro menurut Durianto dkk (2001) akan sangat penting sebagai dasar strategi positioning ataupun strategi perluasan produk nantinya.
Fresh Tea memiliki image sebagai produk yang aman untuk dikonsumsi, halal, dapat diminum kapan saja dan memiliki harga terjangkau dimata mahasiswa FE UNP. Image yang telah terbangun tersebut bisa dijadikan sebagai dasar untuk strategi positioning (Durianto dkk, 2001). Image yang muncul diharapkan akan mampu mempengaruhi tingkat penjualan secara signifikan seperti yang diungkapkan oleh Ataman (2003). Upaya lain yang harus dilakukan oleh Fresh Tea agar bisa bersaing dengan merek lain adalah dengan mengkomunikasikan keunggulan yang ditawarkan secara tepat baik berdasarkan atribut, manfaat, harga atau faktor lain yang bisa menjadi sebuah keunggulan bersaing.
Fruit Tea juga telah memiliki image dimata konsumen sebagai minuman yang aman untuk dikonsumsi, Merupakan produk halal, higienis, dapat diminum kapan saja, memiliki harga yang relatif murah serta terjangkau. Seperti Fresh Tea, Fruit Tea juga termasuk merek baru namun mendapat perhatian yang cukup dari konsumen. Image yang muncul diharapkan akan mampu meningkatkan penjualan produk, serta mampu merumuskan strategi positioning yang tepat.
Fruit Tea di asosiasikan berdasarkan fungsi atau manfaat yang ditawarkan serta berdasarkan harga. Sesuai dengan temuan Rio, Vazquez dan Iglesias (2001) asosiasi tersebut mempengaruhi respon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini masih pada batas minimal sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan semakin besar. Penelitian ini masih di fokuskan pada mahasiswa FE UNP, artinya belum tentu bisa dibuat generalisir tentang penilaian pasar sasaran minuman ringan secara keseluruhan. Penelitian ini juga masih berfokus pada mahasiswa, sedangkan pelanggan bagi minuman ringan tidak hanya mahasiswa.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil analisis menunjukan bahwa merek minuman ringan yang paling sering diingat pertama kali oleh mahasiswa FE UNP adalah Coca Cola dan memiliki image sebagai produk halal, mudah didapat dan tersedia dimana saja, serta memiliki harga yang terjangkau . Semua responden telah mengenal Coca Cola meskipun ada 1,3% dari responden yang harus diingatkan terlebih dahulu.
Teh Botol Sosro merupakan merek ke tiga yang paling diingat oleh mahasiswa FE UNP dengan image sebagai minuman yang aman untuk dikonsumsi, halal, mudah didapat dan tersedia dimana saja. Hal ini telah sesuai dengan positioningnya sebagai minuman yang dapat diminum kapan saja. Seluruh responden juga telah mengenal Teh Botol Sosro meskipun masih ada 8,7% responden yang perlu diberi bantuan untuk mengingat Teh Botol Sosro. Teh Botol Sosro meskipun berada pada urutan ke tiga dalam top of mind, merupakan merek yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa FEUNP saat ini.
Fresh Tea yang merupakan merek baru, ternyata telah dikenal oleh mahasiswa FEUNP meskipun masih dalam porsi yang kecil diingat sebagai top of mind. Fresh Tea memiliki image dimata mahasiswa sebagai produk yang aman untuk dikonsumsi, halal, dapat diminum kapan saja dan memiliki harga terjangkau.
Fruit Tea ternyata juga telah dikenal oleh sebagian besar mahasiswa FE UNP. Image Fruit Tea dimata mahasiswa FE UNP adalah sebagai minuman yang aman untuk dikonsumsi, halal, higienis, dapat diminum kapan saja, memiliki harga yang relatif murah serta terjangkau.
Saran
Agar Coca Cola tetap menjadi top of mind yang terbesar dan memiliki image yang bagus, perlu melakukan beberapa upaya yaitu berupa kegiatan promosi yang bertujuan untuk melakukan pemeliharaan kesadaran dan image konsumen terhadap merek. Selain itu Coca Cola perlu melakukan perbaikan terhadap kualitas dengan berorientasi pada pasar (Market Driven). Coca Cola yang selama ini dianggap bagus, perlu membina hubungan yang baik dengan berbagai pemegang kepentingan seperti pelanggan, distributor, pemasok dan pihak lain agar image yang ada sekarang ini bisa bertahan dan mampu diwujudkan dalam bentuk market share .
Teh Botol Sosro sebagai top of mind ke tiga pada minuman ringan bisa melakukan berbagai upaya agar mampu menjadi peringkat pertama mengalahkan Coca Cola. Teh Botol Sosro bisa melakukan promosi dan distribusi yang lebih gencar dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar.
Kegiatan promosi yang dilakukan saat ini perlu didukung dengan pembinaan hubungan yang baik terutama dengan penyalur baik distributor maupun pengecer, agar distributor dan pengecer loyal terhadap Teh Botol Sosro. Perbaikan kualitas perlu dilakukan dengan tetap berorientasi pasar. Teh Botol Sosro harus mampu mempertahankan image dan menarik konsumen untuk mengkonsumsinya.
Bagi Fresh Tea dan Fruit Tea yang merupakan merek baru perlu menciptakan sebuah keunggulan yang berbeda dengan pesaing dan masuk pada pangsa pasar yang spesifik. Image yang harus dimunculkan adalah sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada segmen pasar yang dimasuki. Promosi dan distribusi perlu dilakukan dan jika bisa memunculkan bentuk promosi dan distribusi yang berbeda dengan pemain yang sudah ada, hal ini akan bisa menjadi salah satu keunggulan bersaing yang dapat ditawarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ataman, Berk. Ulengin, Burc.2003. A Note of The effects of Brand Image on Sales, Journal of Product & Brand Management. vol.12. pp. 237 -250.
Durianto, Darmadi. Sugiarto, Sitinjak, Tony.2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hair, JF,Jr, Anderson ,RE, Tatham, R.L and Black, W.C .1998. Multivariate Data
Analysis, 5th ed, Pren-Hall Inc, Upper Saddle River
Keller, K.L.1998. Strategic Brand Management. Building, Measuring and Managing Brand Equity. Prentice Hall. Englewood Cliffs. NJ
Kertajaya, Hermawan. 2002. Marketing plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global. Gramedia Jakarta.
Kotler, Philip. 2003. Marketing Management. Eleventh Edition. Prentice Hall. New Jersey .
Mackay, Marisa Maio.2001. Application of Brand Equity Measures in Service Markets. Journal of Services Marketing.Vol.15 No.3. pp.210-221
Mujahidin, Arif. 2005. Coca Cola dekatkan diri dengan warung makan tradisional. Marketing. N0.10/V/Oktober, pp. 10
Lupiyoadi, Rambat.2001. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik Salemba Empat. Jakarta.
Simamora, Bilson.2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands. Gramedia Jakarta
Rio, A. Belen del. Vazques, Rodolfo. Iglesias, Victor.2001. The Effects of Brand Associations on Consumer Response. Journal of Consumer Marketing Vol 18. No. 5 pp. 410-425
The 10 best casinos in India - DRMCD
BalasHapusThe 동두천 출장샵 10 고양 출장샵 best casinos in 천안 출장마사지 India 의왕 출장샵 · 1. Red Dog Casino (5/5). · 2. Microgaming (5/5). · 3. Microgaming (5/5). · 4. Spin 광주 출장샵 Palace Casino (5/5). · 5. Betway (5/5).